Alphabet, perusahaan induk dari Google dan YouTube, baru saja merilis laporan pendapatan kuartal keempat tahun 2022. Sayangnya, laporan tersebut kurang memuaskan karena tidak sesuai dengan perkiraan analis. Total pendapatan yang dicatat oleh Alphabet hanya sebesar US$76,05 miliar atau naik 1% dari tahun sebelumnya. Sedangkan laba bersih justru turun drastis menjadi US$13,62 miliar atau turun 34% dibandingkan US$20,6 miliar pada Q4 2021.
Penurunan Pendapatan Iklan YouTube
Salah satu faktor penyebab rendahnya pendapatan Alphabet adalah turunnya pendapatan iklan YouTube. Dalam laporan tersebut, pendapatan iklan YouTube turun 7,8 persen menjadi US$7,96 miliar pada Q4, dari tahun sebelumnya US$8,63 miliar. Padahal, analis memperkirakan pendapatan iklan YouTube akan mencapai US$8,2 miliar pada kuartal terakhir.
Popularitas TikTok dan Facebook Reels
Analis menilai bahwa penurunan pendapatan iklan YouTube sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa TikTok dan Facebook Reels mulai memiliki pengaruh besar di dunia media sosial. TikTok, salah satu media sosial paling populer dalam beberapa tahun terakhir, bahkan lebih banyak di-download dibandingkan Facebook dan Instagram di Indonesia.
Laporan firma riset data.ai menunjukkan bahwa pengguna TikTok global menghabiskan US$6 miliar secara kumulatif di platform tersebut pada Q4 2022. Angka tersebut naik dari angka US$5 miliar pada Q3 2022 dan menunjukkan bahwa TikTok memiliki model bisnis yang sangat solid. Fitur TikTok Shop menjadi salah satu fitur yang paling populer, termasuk di Indonesia.
YouTube Melakukan Restrukturisasi Biaya
Mengetahui situasi tersebut, Alphabet bersama dengan perusahaan teknologi lainnya, melakukan PHK untuk mengurangi biaya. Perusahaan teknologi ini bulan lalu mengatakan telah merumahkan 12.000 karyawan atau sekitar 6% dari tenaga kerja globalnya. Sundar Pichai, CEO Alphabet dan Google, mengatakan bahwa perusahaan sedang melakukan perubahan struktur biaya yang tahan lama dan membangun bisnis yang berkelanjutan secara finansial.